UPDATECIREBON.COM – Di jantung Sumedang, tepatnya di Dusun Manglayang, berdiri sebuah tempat istimewa di mana anak-anak tidak hanya belajar membaca, tetapi juga terjun ke dunia dongeng yang sarat dengan kearifan lokal. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pabukon Ngadongeng lebih dari sekadar taman bacaan—tempat ini adalah salah satu benteng yang menjaga cerita dan tradisi budaya Sunda agar tetap hidup di hati generasi muda.
Tempat di Mana Budaya Sunda Hidup Kembali
Didirikan pada Desember 2019 dan diresmikan pada September 2022, TBM Pabukon Ngadongeng telah berkembang menjadi pusat literasi dan pelestarian budaya di Sumedang. Dengan moto “Mendongeng, Menghidupkan Imajinasi”, TBM ini bertekad menjadi mercusuar budaya Sunda melalui kekuatan mendongeng. Berlokasi di Dusun Manglayang, Desa Mekarsari, Kec. Sukasari, Sumedang, TBM ini menjadi tempat di mana anak-anak bisa belajar, berimajinasi, dan merasakan kekayaan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Menghidupkan Imajinasi dengan Mendongeng
Di TBM Pabukon Ngadongeng, mendongeng adalah jantung dari semua kegiatan. Dongeng tidak hanya menjadi cerita sebelum tidur, tetapi juga alat yang ampuh untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan moral pada anak-anak. Dengan koleksi 520 judul buku dan 603 eksemplar, anak-anak diajak menjelajahi dunia penuh warna dan makna di mana kisah-kisah lokal hidup kembali melalui imajinasi mereka.
Bayangkan wajah-wajah ceria anak-anak saat mereka mendengar cerita tentang Si Kabayan, tokoh legenda yang cerdik dan lucu, atau kisah-kisah penuh makna tentang Nyi Pohaci Sang Hyang Asri. Momen-momen ajaib ini menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menjaga agar budaya Sunda tetap relevan dan dihargai oleh generasi muda.
Lebih dari Sekadar Membaca, Ini Tentang Mengalami
TBM Pabukon Ngadongeng tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga menciptakan pengalaman belajar yang interaktif. Program unggulan seperti sesi mendongeng, membacakan nyaring, dan kegiatan literasi dirancang untuk menumbuhkan minat baca dan kecintaan terhadap budaya lokal. Anak-anak diajak untuk aktif terlibat, bukan hanya sebagai pendengar, tetapi juga sebagai peserta aktif yang belajar mengapresiasi cerita dan nilai-nilai di dalamnya.
Selain itu, TBM Pabukon Ngadongeng juga meluncurkan produk inovatif berupa buku cerita bergambar digital yang dapat diakses melalui website ngadongeng.com. Inisiatif ini memungkinkan anak-anak dari berbagai daerah menikmati cerita Sunda, bahkan jika mereka tidak dapat datang langsung ke lokasi TBM Pabukon Ngadongeng.
Meskipun tingkat melek huruf di Indonesia mencapai 96% pada tahun 2022, data dari BPS menunjukkan bahwa minat baca masih menjadi tantangan, dengan hanya sekitar 55,74% dari populasi yang menunjukkan minat baca aktif. Hal ini menyoroti pentingnya inisiatif seperti TBM Pabukon Ngadongeng dalam mengatasi kesenjangan ini dengan menawarkan pengalaman membaca yang lebih menarik dan mendalam, terutama bagi anak-anak di daerah pedesaan seperti Sumedang.
Selain itu, TBM Pabukon Ngadongeng juga meluncurkan produk inovatif berupa buku cerita bergambar digital yang dapat diakses melalui website ngadongeng.com. Inisiatif ini memungkinkan anak-anak dari berbagai daerah menikmati cerita Sunda, bahkan jika mereka tidak dapat datang langsung ke lokasi TBM Pabukon Ngadongeng. Penggunaan platform digital ini sejalan dengan peningkatan penetrasi internet di Indonesia, yang menurut BPS mencapai 77,02% pada tahun 2022, dan memanfaatkan teknologi untuk memperluas jangkauan literasi budaya.
Teori Sosial Kontagion dalam Pelestarian Budaya
Dalam konteks TBM Pabukon Ngadongeng, teori sosial kontagion dapat digunakan untuk memahami bagaimana nilai-nilai budaya Sunda dapat menyebar dan mempengaruhi komunitas yang lebih luas. Teori sosial kontagion menjelaskan bagaimana emosi, perilaku, dan ide dapat menyebar di antara individu-individu dalam kelompok atau komunitas. Dalam hal ini, semangat dan apresiasi terhadap budaya Sunda yang ditanamkan melalui mendongeng dapat “menular” dari satu anak ke anak lainnya, dari keluarga ke keluarga, menciptakan gelombang apresiasi yang lebih luas dalam masyarakat.
Proses ini diperkuat oleh interaksi sosial yang intensif di TBM, di mana anak-anak dan relawan saling berbagi pengalaman dan cerita. Semakin banyak orang yang terpapar nilai-nilai ini, semakin besar kemungkinan nilai-nilai tersebut menyebar, mirip dengan bagaimana kontagion budaya bekerja dalam skala yang lebih luas. Dengan melibatkan komunitas lokal, TBM Pabukon Ngadongeng berhasil menciptakan jaringan sosial yang mendukung penyebaran dan pelestarian budaya Sunda.
Dukungan dan Kolaborasi untuk Masa Depan
Dengan dukungan 12 relawan yang berdedikasi, TBM Pabukon Ngadongeng bekerja sama dengan tokoh masyarakat, budayawan, dan komunitas lokal untuk memperkaya konten dan menyebarluaskan narasi-narasi bijaksana melalui dongeng. Upaya ini bertujuan agar setiap anak di Sumedang memiliki kesempatan untuk terhubung dengan akar budaya mereka.
Namun, ini hanyalah awal dari perjalanan panjang di tengah arus viralitas konten dan pengaruh media sosial terhadap generasi muda Indonesia. Dengan visi untuk menumbuhkan minat baca dan kecintaan terhadap literasi budaya Sunda pada anak-anak, TBM Pabukon Ngadongeng terus berkembang. Mereka merancang lebih banyak program, menambah koleksi buku, dan memperluas jaringan agar lebih banyak anak-anak dapat merasakan manfaat dari taman bacaan ini. Menghidupkan kembali imajinasi anak-anak melalui dongeng-dongeng yang kaya akan nilai dan budaya, TBM Pabukon Ngadongeng adalah tempat di mana masa lalu bertemu dengan masa depan, menjadikan cerita dan budaya Sunda sebagai warisan budaya lokal dari generasi ke generasi.
Peran Para Relawan
Relawan adalah penggerak utama dalam menjaga keberlangsungan TBM Pabukon Ngadongeng. Ketua Pengelola, Evi Nursanti Rukmana, sangat menghargai para relawan yang telah meluangkan waktu untuk mengelola website dan layanan di TBM Pabukon Ngadongeng. Website TBM yang dibuat pada tahun 2019 melalui kolaborasi dengan Chrisna Adhi Pranoto, seorang relawan dengan keahlian dalam perancangan web. Produk pertama yang diterbitkan adalah cerita rakyat “Nini Anteh”, yang telah dieditori oleh Euis Yuningsih, diilustrasi dan dilayout oleh Nurul Okta.
Dalam pengelolaan konten dan manajemen website, tim berkonsultasi dengan Bapak Kusnandar, M.Si, dosen dari Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi, Fikom, Unpad. Versi cetak buku akan segera diterbitkan melalui kolaborasi dengan Deni Rachman dari Toko Buku Bandung
Selain itu, katalog elektronik telah dibuat oleh Chrisna Adhi Pranoto menggunakan SLiMS (Senayan Library Management System) Bulian Versi 10, yang dapat diakses melalui https://library.ngadongeng.com. Relawan lainnya, termasuk Eulis Tia, Fika Amalia, Kiki Hamdani, Hesti Artifitriani, dan mahasiswa dari tim CODA (Divisi Pengabdian Kepada Masyarakat Himaka, Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi, Fikom, Unpad), juga berperan penting dalam pengklasifikasian, pengkatalogisasian, dan input data koleksi.
Aktivitas dan Kolaborasi Komunitas
Selain melayani sirkulasi buku, TBM Pabukon Ngadongeng juga menyelenggarakan sesi mendongeng, membacakan nyaring, kegiatan literasi, dan olahraga. Setiap hari, anak-anak datang untuk meminjam buku, bermain, atau membaca di ruang TBM. Aktivitas literasi ini didukung oleh kolaborasi dengan SDN Manglayang II dan mahasiswa dari berbagai program studi seperti OKK Unpad, Prodi Jerman Unpad, serta Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi, Unpad. Kegiatan ini juga melibatkan Forum TBM Kabupaten Sumedang, Forum TBM Provinsi Jawa Barat, Komunitas Alinéa, dan TBM Bina Kreasi Muda.
TBM Pabukon Ngadongeng tidak hanya berfungsi sebagai ruang membaca, belajar, dan bermain, tetapi juga sebagai ruang publik bagi masyarakat sekitar. Karang Taruna Dusun Manglayang, perangkat Desa Mekarsari, Kader PKK/Posyandu, dan ibu rumah tangga Dusun Manglayang memanfaatkan ruang TBM sebagai tempat berkegiatan. Sejalan dengan visi TBM sebagai pusat literasi dan pelestarian budaya di Sumedang, para relawan terus berupaya untuk berdaya dan memberdayakan agar berdampak di masyarakat. Salam Literasi!
Penulis: Ero Dwi Nawa