UPDATECIREBON.COM – Pencalonan seorang tokoh untuk posisi strategis, seperti Ketua Umum partai politik, selalu menarik untuk dikaji, terutama jika figur tersebut memiliki latar belakang yang baik dan beragam.
Dalam konteks Partai Persatuan Pembangunan (PPP), munculnya nama Prof. Dr. Husnan Bey Fananie sebagai salah satu calon Ketua Umum pada muktamar mendatang menawarkan perspektif yang patut dianalisis secara mendalam.
Prof. Husnan Bey Fananie bukanlah sosok baru dalam kancah politik nasional, khususnya di lingkungan PPP. Ia memiliki rekam jejak yang cukup panjang, mulai dari kiprahnya sebagai akademisi hingga peran-peran penting di pemerintahan dan legislatif. Latar belakangnya sebagai akademisi yang bergelar profesor memberikan modal intelektual yang kuat. Pemikiran-pemikiran yang terstruktur, metodologi analitis, dan kemampuan merumuskan kebijakan berbasis data adalah keunggulan yang bisa dibawa ke dalam kepemimpinan partai. Dalam era politik yang semakin kompleks dan menuntut, kepemimpinan yang didasarkan pada nalar dan ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan untuk merumuskan strategi partai yang relevan dan adaptif.
Selain itu, rekam jejaknya sebagai politisi praktis juga tidak bisa diremehkan. Pengalamannya di DPR dan posisinya di berbagai jabatan strategis di PPP menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang dinamika politik di tingkat nasional maupun internal partai. Pengalaman ini vital untuk menavigasi tantangan-tantangan yang dihadapi PPP, terutama pasca-Pemilu 2024 yang tidak membuahkan hasil optimal.
Kemampuan untuk membangun konsolidasi internal, meredam friksi, dan mengembalikan soliditas partai adalah tugas maha berat yang membutuhkan jam terbang tinggi, dan Husnan Bey Fananie nampaknya memiliki bekal tersebut.
Namun, pencalonan ini juga tidak lepas dari tantangan dan pertanyaan.
Pertanyaan yang muncul adalah seberapa jauh Prof. Husnan Bey Fananie bisa membawa perubahan signifikan bagi PPP. Partai ini membutuhkan transformasi total, tidak hanya sekadar pergantian kepemimpinan. PPP harus mampu meremajakan citranya, menarik minat pemilih muda, dan kembali ke akar perjuangannya yang pro-umat dan berintegritas. Tugas ini menuntut energi, inovasi, dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan Husnan Bey Fananie untuk merangkul semua faksi di dalam PPP. Friksi dan perpecahan internal seringkali menjadi momok yang melemahkan partai. Seorang Ketua Umum harus menjadi figur pemersatu, bukan representasi dari salah satu faksi saja. Keberhasilan kepemimpinan Husnan Bey Fananie akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk membangun jembatan komunikasi, mengikis sekat-sekat, dan mengembalikan trust di antara seluruh kader dari berbagai tingkatan.
Secara keseluruhan, pencalonan Prof. Dr. Husnan Bey Fananie menawarkan harapan baru bagi PPP yang sedang berjuang. Kombinasi antara kapasitas intelektual dan pengalaman politik praktis yang dimilikinya adalah aset berharga.
Namun, keberhasilan ini sangat bergantung pada komitmennya untuk melakukan reformasi fundamental di internal partai, kemampuan merangkul semua pihak, dan visi yang jelas untuk mengembalikan kejayaan PPP. Apakah beliau akan menjadi nahkoda yang tepat untuk membawa PPP kembali berlayar di tengah badai politik? Waktu dan Muktamar yang akan datang akan menjawabnya.
Oleh: James Doni Kurniawan (Peneliti Parpol di Indonesia)
Editor: Alwi